gue bingung harus cerita sama siapa. karena gue yakin ga ada yang ngerti apa isi hati dan isi perasaan gue sekarang. gue emang salah udah jahat sama dia. tapi ternyata gue dijahatain balik. gapapa kok. gue terima semuanya walaupun emang ternyata cara dia kaya gitu. ini gue yang bodoh atau gimana sih? hahaha gue mikir lebih baik gue gatau sekalian daripada tau. gue gamau jahat lagi sama dia walau sebenernya hati gue sakit. lagian harusnya dari awal juga gue udah tau dan udah ngeduga kalo dia bisa jahatin gue balik. kenapa gue lebih milih gatau? soalnya seengganya gue ga ngerasain rasa sakit yang harus gue pendem kaya gini. gue harus baik sama dia walaupun sebenernya gue kesel. dan kalo gue gatau, gue ga bakal jd ngerasa serbasalah gini. di satu sisi gue tau sesuatu yang bikin gue sakit dan gue kesel sama dia, di sisi lain gue ga bisa apa-apa karena gue takut bablas ngomong yang engga ngenakin di hati dia. seengganya ini bukti rasa sayang gue ke dia. kalo gue bisa tahan semuanya dan gue kuat berarti gue berhasil. berarti gue berhasil ngelewatin 1 hal yang selama ini paling gue benci, yaitu pengkhianatan.
orang-orang di sekeliling gue nyoba untuk ngehibur gue karena orang yang gue harapkan saat ini ga akan mungkin bisa ngelakuin itu.mungkin dia masih dendam sama gue. gue jadi kaya setitik debu berwarna hitam ditengah-tengah langit cerah.
Thursday, June 23, 2011
Sunday, June 19, 2011
we love you :D
kali ini gue bakal nunjukin kisah tentang betapa besarnya kasih sayang seorang ibu kepada kita...
Apa sumber motivasi terbesar dalam hidup? Mungkin jawaban yang tepat adalah CINTA!! Cinta di sini bukan hanya berarti hubungan sepasang insan berlainan jenis, namun lebih kepada cinta universal. Cinta seorang ibu / ortu pada anaknya atau sebaliknya.. Inilah kekuatan terbesar yang dimiliki yang bisa menjadi sumber motivasi bagi semua orang.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.
see? gue nemu cerita ini waktu lagi iseng-iseng nyari di Google. jujur gue sangat tersentuh membacanya. kasih sayang orang tua kita memang ga akan pernah habis sepanjang masa. dari mereka juga gue tau apa arti sayang dan cinta yang sesungguhnya. kita harus sadar, betapa sering kita suka membentak orang tua kita? seberapa seringkah kita meninggalkan orang tua kita demi kepentingan yang sebenarnya gak penting? seberapa seing kita melawan dan membantah semua perkataan orang tua kita? terutama kepada seorang ibu... ibu yang mempertaruhkan hidupnya saat melahirkan kita, kita anak mereka yang paling mereka sayangi.
Seorang ibu rela mati demi anaknya karena perasaan kasih sayang mereka yang begitu besar kepada anaknya tersebut. kasih sayang seorang ibu memang tidak akan pernah terlukiskan oleh siapapun. mau liat ekspresi saat seorang ibu melahirkan anaknya?
apa salahnya sekarang kita membalas budi kepada beliau atas apa yang sudah mereka semua beri terhadap kita? 1 hal yang paling gue tau, Allah memberikan kehidupan kepada kita lewat ibu kita. maka secara tidak langsung, ibu kita adalah perantara pemberi kehidupan kepada kita :)
Friday, June 17, 2011
I LOVE DOG SO DAMN MUCH!
i love dog very much. i dont know why. since i have my cute funny dog ever after, named PLENO. do you want see how lucky they are??? cekidot!!!
where I have to get up!!
HAI BLOG!!!
udah lama banget lagi nih ga cerita-cerita disini. sebenernya gue suka bingung kenapa gue cerita disini, di tempat yang ga bisa menanggapi apa isi hati dan pikiran gue. tapi satu yang gue tau, kalo gue cerita disini gue bisa lebih plong dan tenang dari sebelumnya, mungkin tanpa ada orang yang tau dan menanggapi permasalahan gue yang terkadang amat sangat gak penting hahahaha.
ga kerasa banget setaun udah berlalu. dan sekarang gue udah mau naik ke kelas 11 aja hahaha dan gue juga jadi inget kejadian 1 taun lalu yang membuat gue sedikit sakit. apa? sedikit??? oke gue ralat! bukan sedikit tapi sangat sangat sakit! sebenernya gue udah males banget ngingetnya tapi entah kenapa kalo gue lagi ngelamun sendiri tiba-tiba inget dan kepikiran. mungkin emang gue gak seberuntung temen-temen gue yang lain dan harusnya gue juga tau kalo ALLAH SWT. slalu punya jalan terbaik untuk gue ke depannya. gue tau gue juga harus qana'ah atas apa yang gue dapetin sekarang. karena kalo gue liat di luar sana. masih banyak banget anak-anak lain yang ga seberuntung gue.
entah kenapa yang awalnya gue gak bisa berpikir kaya gitu, sekarang gue bisa! gue menyadari akan suatu hal yang tumbuh dalam diri gue. KEDEWASAAN dan IKHLAS :)
1. KEDEWASAAN
kenapa sih gue bisa mikir kalo rasa itu tumbuh dalam diri gue semenjak kejadian 1 tahun yang lalu? disana gue bener-bener dalam keadaan terpuruk. gue cuma sama orang tua gue yang selalu memberi gue harapan yang lain, yang slalu memberi dorongan buat gue dan pastinya slalu setia dalam menemani gue melewati hari-hari yang sulit itu. pada awalnya gue emang belum bisa nerima takdir membawa gue kemana. gue nangis-nangis sampe mata gue bintitan. tapi darisitu gue coba untuk buka mata lebar-lebar. terus dalem hati gue suka ngomong "vi, Allah punya jalan lain yg terbaik buat lu. mungkin menurut Allah lu ga baik disana. lu harus bangkit! masa depan masih panjang. apa lu mau terus nangis dan terpuruk? gue masih punya orang-orang yang sayang sama gue dan yang setia ngedampingin gue. kenapa gue harus takut untuk menatap dunia keluar? kenapa gue harus berkecil hati? terlalu dangkal pikiran lu, vi! lu harus kuat dan tegar karena Allah selalu bersama lu" oke, bukankah itu sebuah pemikiran yang dewasa? sebelumnya gue belum pernah berpikir kaya gitu karena mungkin Allah slalu memberi apa yg gue inginkan. tp untuk kali ini, Allah ga mengabulkan permohonan gue. karena gue slalu memiliki pedoman "Rencana Allah akan selalu indah pada waktunya dan Ia pasti memberikan yang terbaik pada setiap hamba-Nya"
2. IKHLAS
mungkin untuk punya rasa ikhlas dalam setiap hal itu susah banget yah. gue tau karena gue mengalami itu. dimana rasa ikhlas dalam diri gue tuh harus bener-bener pure ikhlas. gue harus ikhlas kalo ternyata semua yang gue inginkan gak bisa semua terpenuhi. gue harus ikhlas kalo Allah punya rencana yang lain buat gue. untuk menghibur diri gue suka bilang dalem hati "Ini adalan sebuah keindahan yang tertunda". mulai dari situ gue bangkit. gue coba untuk hilang dari keterpurukan dan perasaan jatuh gue. gue coba untuk menatap ke depan dan mulai menata lagi hidup gue yang sempet sedikit berantakan. gue mulai untuk buka buku dan belajar lagi untuk menata hidup gue yang baru. walaupun masih ga bisa konsen belajarnya, gue gabisa diem aja. gue ga bisa cuma terus menatap layar kaca dengan kantong mata yang dalam. gue juga harus ikhlas kalo gue memang hanya manusia biasa yang ga bisa mengubah takdir. tapi gue seneng kok liat temen-temen gue yang lain seneng dengan gak merasakan apa yang gue rasakan.
Subscribe to:
Posts (Atom)